Kalau ada jamaah atau anggota Hidayatullah tidak sholat berjamaah maka dipertanyakan kehidayatullahannya dan harus diingatkan. Setiap
warga Hidayatullah dan ini juga berlaku untuk setiap Muslim laki-laki di mana pun berada, mereka harus selalu mendirikan sholat berjama'ah.
warga Hidayatullah dan ini juga berlaku untuk setiap Muslim laki-laki di mana pun berada, mereka harus selalu mendirikan sholat berjama'ah.
Demikian salah satu poin dari taushiah disampaikan Pimpinan Umum Hidayatullah Ustadz Abdurrahman Muhammad dalam acara temu kader Hidayatullah se-Jabodetabek dan Banten di kampus Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Kota Depok, Jawa Barat, kemarin.
Ustadz Abdurrahman Muhammad menyampaikan bahwa sangat berbahaya jika ada kader Hidayatullah sholat jamaahnya bolong-bolong. Kalau sholat jamaahnya sudah kacau, maka bisa jadi sholat sendiri pun lebih tidak beres lagi.
"Setiap dai Hidayatullah harus mengerjakan dulu apa yang akan disampaikan. Jangan sampai setiap hari berdakwah menyuruh orang berinfak tapi dia sendiri tidak pernah berinfak, menyuruh orang sholat berjamaah tapi dia sendiri tidak tidak beres sholat jamaahnya," pesan beliau dengan nada lantang seraya berdiri dari tempat duduknya.
Beliau menambahkan, tak mungkin melakukan jihad tanpa mengorbankan yang ada pada diri seperti harta benda, waktu, dan tenaga. Sebab dengan mau mengorbankan diri dengan mengeluarkan segala kemampuan untuk aktifitas dalam dakwah ini, maka akan melahirkan izzah (kemuliaan) dan hal itu datangnya hanya dari Tuhan melalui pengorbanan.
Dalam taushiahnya Ustadz Abdurrahman sempat menceritakan bagaimana suka duka perjuangan yang pernah dilalui oleh para pendiri Hidayatullah di awal-awal masa perintisannya di Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Para da'i perintis seperti Allahuyarham Ustadz Abdullah Said dan rekan-rekan mudanya waktu itu harus berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk datang ke kampung lain mengisi pengajian. Ada juga da'i yang harus melewati tempat angker sebagaimana penilaian orang setempat, tapi mereka tak pernah gentar untuk tetap menyusuri setiap tapak jalan yang dilewati.
"Lewat di mana saja di permukaan bumi ini tidak ada yang perlu ditakuti kecuali Tuhan. Dulu perintis Hidayatullah berdakwah jalan kaki berkilo-kilo, lewat kuburan, mereka tidak pernah takut," katanya.
Yang terpenting dari itu semua, kata Ustadz Abdurrahmah, adalah seorang dai harus memperbaiki kualitas dirinya lebih dahulu sebelum tandang ke gelanggang. Baik perangainya maupun ucapannya.
"Kalau sapi itu yang dipegang ekornya atau tanduknya, sama juga dengan kambing. Tapi kalau manusia yang dipegang itu adalah kata-kata dan janjinya. Maka dari itu, mulailah dari diri sendiri untuk selalu memperbaiki diri karena manusia itu memang tempatnya salah dan khilaf," pungkasnya.
Dalam acara pencerahan nasional tersebut juga dilakukan kegiatan infak nasional warga dan simpatisan Hidayatullah usai sholat zhuhur. Alhamdulillah belasan juta dana yang berhasil dihimpun yang diperuntukkan untuk biaya pembangunan Gedung Dakwah Hidayatullah di Depok, Jawa Barat.
Ditulis oleh Ainuddin Chalik
